Wednesday, May 7, 2014

Kalau Anak Suka Memukul

Jika orang dewasa saja masih banyak yang sulit mengendalikan kemarahannya, apalagi anak-anak. Pada anak-anak yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara lisan – entah karena masih kecil, terlambat bicara atau keluarganya memang tidak mempunyai kebiasaan mendengar dan berbicara – mereka rentan mengungkapkan kemarahannya secara fisik dan memukul. Anak-anak juga akan terbiasa memukul kalau mereka kerap melihat orang lain – apalagi orangtuanya – memukul atau sulit mengontrol impuls. Mereka juga bisa meniru apa yang mereka lihat di televisi atau film. Jadi, sungguh mengherankan bila orangtua malah mengajak anak-anaknya menonton film aksi laga yang penuh dengan adegan kekerasan, sementara ketika ada adegan mencium dengan penuh kasih malah mata anaknya ditutupi. Anda mestinya juga menolak lupa terhadap kejadian di mana anak-anak jadi sering pukul-pukulan dan banting-bantingan karena banyak anak menonton "Smackdown."
Orangtua mesti menyaring – dalam arti melihat terlebih dahulu atau minimal memperhatikan batasan umur – apa yang akan ditonton oleh anak-anaknya. Singkirkan segala tontonan yang penuh adegan kekerasan, bahkan bila bentuknya berupa kartun.
Dan yang tidak kalah pentingnya, bahkan paling penting, jangan meneladankan pukul-memukul di rumah. Ayah jangan memukul atau menampar ibu; bahkan sekadar mendorong. Ibu jangan memukul, mencubit, menjambak atau menggigit ayah. Baik ayah dan ibu jangan saling melecehkan, menghina atau meremehkan. Dan keduanya jangan melakukan kekerasan fisik maupun kekerasan psikis terhadap anak-anak.
Menabok anak yang memukul temannya hanya akan membuatnya bingung dan membuat keadaan semakin sulit dan runyam. Dia akan heran, kalau ia tidak boleh memukul teman atau saudaranya, kenapa ia dipukul oleh orangtuanya? Alhasil, ia malah balik memukul dan memberontak ayah atau ibu yang barusan memukulnya. Dalam jangka panjang, ia bukan hanya tumbuh menjadi anak yang pemarah dan pemukl, tetapi antara pikiran, perasaan dan tindakannya menjadi tidak seleras alias memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang rendah.
Di bawah ini ada beberapa tips untuk mengatasi perilaku buruk ini.

Hentikan Perilaku Negatif.
Ketika seorang anak kecil memukul, segera jauhkan ia dari situasi tersebut. Misalnya, dengan memindahkannya ke ruangan lain. Kalau anak masih kecil, angkat dirinya dan pindahkan ke kamar lain. Sebagai orangtua, Anda perlu menenangkan diri terlebih dahulu. Ambil nafas dalam beberapa kali sebelum berbicara dan bertindak. Jelaskan bahwa memukul itu tidak baik.
Lalu beri ia waktu merenung (time-out) sebagai konsekuensi atas tindakannya. Tugas memikirkan apa yang baru saja dilakukannya dan apa tindakan yang lebih tepat ini dapat dilakukan di "pojok renungan" dengan waktu maksimum sesuai jumlah umurnya. Kalau anak Anda berumur 3 tahun, maka "waktu merenung" ini selama 3 menit; kalau ia berumur 5 tahun, time-out selama 5 menit. Nyalakan stopwatch untuk mengukur "waktu menenangkan diri" ini. Bila anak sudah tenang dan tahu tindakan apa yang lebih baik, ia boleh melanjutkan kegiatannya tadi.
Kalau anak yang lebih besar yang memukul, segera intervensi. Pisahkan anak yang berkelahi dan tengahi mereka sambil mereka membicarakan masalah mereka. Beri kesempatan bicara kepada tiap anak dan minta anak yang lain mendengarkan dengan tenang (dilarang menyela). Kemudian ajak anak yang agresif untuk memikirkan apa yang dapat dan seharusnya ia lakukan secara berbeda untuk menyelesaikan konflik di antara mereka. Bantu kedua anak itu untuk memecahkan masalah dengan beberapa solusi yang berbeda-beda. Beri mereka masukan atau saran-saran positif untuk menyelesaikan persoalan dengan cara yang lebih tenang.

Bantu Anak Merancang Strategi Alternatif.
Sengaja sisihkan waktu cukup banyak dan sering untuk membantu anak-anak Anda belajar perilaku alternatif selain memukul. Ajari dan biasakan mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka secara lisan atau pergi menjauh bila mereka sedang dilanda kemarahan. Kalau cara-cara yang mereka pakai itu tidak berhasil, biarkan mereka tahu dan menyadari bahwa mereka selalu dapat meminta bantuan kepada orang dewasa.
Bahkan anak-anak yang masih kecil pun dapat belajar menggunakan kata-kata untuk menyatakan perasaannya dan pergi menjauh dari situasi yang bermasalah. Tentu saja, beri contoh nyata. Anda sendiri dan pasangan juga mesti biasa mengungkapkan perasaan secara lisan. Jadilah contoh yang baik bagi anak-anak.

Pujilah Perilakunya yang Positif.
Tongkat ajaib Anda adalah pujian. Pola pikir kita mesti direvolusi. Semua orangtua ingin anaknya berperilaku positif, tetapi setiap hari malah terlalu fokus pada tindakan-tindakan negatif dan kekurangan anak. Fokuslah pada perilaku positif anak. Dan kunci keberhasilan untuk membiasakan perilaku baik bukan dengan janji-janji atau hadiah barang, tetapi pujian dan kedekatan.
Kalau Anda melihat anak Anda bekerjasama dengan temannya membangun gedung dari lego, pujilah. Ketika anak Anda mau bergantian dengan adiknya menjalankan mobil-mobilan, dekati dan pujilah. Ungkapkan bahwa Anda sangat bangga atas tindakan baiknya itu. Anda juga dapat menggunakan bagan perilaku baik berdasarkan sistem ganjaran yang formal (bila Anda dan pasangan berkonsultasi untuk mendisiplinkan anak, saya juga menyediakan bagan perilaku ini).

Tetap Tenang.
Selalulah ingat bahwa kalau kita tetap tenang, maka anak-anak juga akan lebih cepat reda atau juga tetap tenang. Kalau kemarahan kita dengan cepat terpicu dan makin membesar ketika berusaha menengahi konflik anak, maka anak-anak juga akan lebih sulit menenangkan diri. Karena itu, beri teladan perilaku yang tenang. Dan selalu beri waktu menenangkan diri kepada diri sendiri. Bila Anda merasa tidak sanggup menyelesaikan pertikaian anak saat itu juga, lebih baik Anda terlebih dahulu menenangkan diri di dalam kamar. Berdoalah sambil melakukan pernafasan dalam. Minumlah air putih.

Akhirnya...
Kalau perilaku agresif anak Anda tampak makin memburuk, segeralah meminta bantuan profesional. Boleh jadi anak Anda mengalami masalah-masalah lain yang memicu perilaku agresifnya. Konselor atau psikolog yang terlatih dapat membantu Anda menelisik apa (saja) penyebab tindakan dan sikap agresif anak Anda.