Wednesday, May 25, 2022

Balon dan Telur


Seorang guru sedang berdiri di depan kelas dengan memegang balon di tangan kanannya dan telur di tangan kirinya.

Sang guru lalu bertanya, "Apa perbedaan dari kedua benda yang saya pegang ini?"

Beberapa murid mengajukan jawaban. Ada yang menjawab jenisnya. Ada yang menjawab bentuknya. Ada yang menjawab ukurannya.

Setelah tidak ada lagi murid yang menjawab, sang guru lalu mulai berbicara. "Semua jawaban kalian benar, tapi ada hal yang lebih penting. Kedua benda ini sama-sama bulat lonjong, tetapi ada perbedaan esensial."

Sang guru lalu menjelaskan, "Balon kelihatannya indah dan menarik, coraknya meriah dan berwarna-warni, lincah dan ringan bergerak ke sana kemari. Namun, itu hanya penampakan dari luar, sedang di dalamnya kosong. Tidak ada apa-apa. Hanya angin. Sebaliknya dengan telur; dari luar tampak tidak semenarik dan secantik balon, tetapi di dalamnya terkandung potensi kehidupan."

Balon bisa diumpamakan sebagai "perbuatan kegelapan"; enak, gampang, penuh daya pikat, dan menyenangkan, tetapi tidak berbuahkan apa-apa, kecuali kehampaan dan kesia-siaan. Sedangkan telur seumpama "perbuatan terang"; tidak gampang, tidak menarik, tetapi di dalamnya terkandung "potensi kehidupan", sebab berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.

Apakah hidup kita seperti balon; penuh "kesemarakan", tetapi kosong dan berujung pada kesia-siaan? Atau, menjadi seperti telur; "biasa saja", tetapi "berisi" dan berbuah hal-hal indah dalam kehidupan? Tergantung sikap kita. Kalau kita menjadi "penurut-penurut Allah", hidup kita akan seperti telur. Sebaliknya, kalau kita membiarkan diri dikendalikan oleh "nafsu kedagingan", hidup kita akan menjadi seperti balon.

Maka, perlu sekali kita memperhatikan dengan saksama bagaimana kita hidup. Janganlah hidup seperti orang bebal, tetapi hidup seperti orang arif. "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,"

Friday, May 20, 2022

*NASEHAT* *Bisa karena biasa*


Kisah berikut ini adalah tentang apa yang terjadi di rumah tangga ... dlm sebuah Keluarga, 
Seorang anak  tidak suka tinggal di rumah, karena Ayah Ibunya selalu 'ngomel', ia tak suka bila Ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini ...

" Nak ! Kalau keluar kamar matikan kipas anginnya."
Matikan TV, jangan biarkan hidup tapi tak ada yang menonton !

" Simpan pena yang jatuh ke kolong meja di tempatnya !"

Tiap hari dia harus ta'at pada hal-hal ini sejak kecil, saat bersama Keluarga di rumah.

Maka tibalah hari ini, saat dia menerima panggilan untuk wawancara kerja ...

Dalam hati dia berkata : " Begitu mendapat pekerjaan, saya akan sewa rumah sendiri." 
Tak akan ada lagi omelan Ibu Ayah," begitu pikirnya ...

Ketika hendak pergi untuk interview, Ayahnya berpesan :

Nak ! Jawablah pertanyaan yang diajukan tanpa ragu-ragu. 

Bahkan jika engkau tidak tahu jawabannya, katakan sejujurnya dengan percaya diri ...

Ayahnya memberinya uang lebih banyak dari ongkos yang dibutuhkan untuk menghadiri wawancara ...

Setiba di pusat wawancara, diperhatikannya bahwa tidak ada penjaga keamanan di gerbang. 

Meskipun pintunya terbuka, gerendelnya menonjol keluar, dan bisa membuat yang lewat pintu itu menabrak atau bajunya tersangkut grendel.

Dia geser gerendel ke posisi yang benar, menutup pintu dan 
masuk menuju kantor.

Di kedua sisi jalan dia lihat tanaman bunga yang indah.
Tapi ada air mengalir dari selang dan tak ada seorang pun disekitar situ.
Air meluap ke jalan setapak. 

Diangkatnya selang dan diletakkannya di dekat salah satu tanaman dan melanjutkan kembali langkahnya.

Tak ada seorang pun di area resepsionis.
Namun, ada petunjuk bahwa wawancara di lantai dua ...

Dia perlahan menaiki tangga.

Lampu yang dinyalakan semalam masih menyala, padahal sudah pukul 10 pagi.

Peringatan Ayahnya terngiang di telinganya : 

" Mengapa kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan lampu ?"

Dia merasa agak jengkel oleh pikiran itu, namun dia tetap mencari saklar dan mematikan lampu.

Di lantai atas di aula besar dia lihat banyak calon duduk menunggu giliran.

Melihat banyaknya pelamar, dia bertanya-tanya, apakah masih ada peluang baginya untuk diterima ?

Diapun menuju aula dengan sedikit gentar dan menginjak karpet dekat pintu bertuliskan " Selamat Datang " ... 

Diperhatikannya bahwa karpet itu terbalik. Spontan saja dia betulkan, walau dengan sedikit kesal. 

Dilihatnya di beberapa baris di depan banyak yang menunggu giliran, sedangkan barisan belakang kosong.

Terdengar suara kipas angin, dimatikanya kipas yang tidak dimanfaatkan dan duduk di salah satu kursi yang kosong ...

Banyak pria memasuki ruang wawancara dan segera pergi dari pintu lain.

Sehingga tak mungkin ada yang bisa menebak apa yang ditanyakan dalam wawancara.

Tibalah gilirannya, dia masuk dan berdiri di hadapan pewawancara dengan agak gemetar dan pesimis ...

Sesampainya di depan meja,  Pewawancara langsung mengambil sertifikat, dan tanpa bertanya langsung berkata :
" Kapan Anda bisa mulai bekerja ?"

Dia terkejut dan berpikir, " apakah ini pertanyaan jebakan, atau tanda bahwa telah diterima untuk bekerja disitu ?" 
Dia bingung.

" Apa yang Anda pikirkan ? " tanya sang boss lalu melanjutkan : 

Kami tidak mengajukan pertanyaan kepada siapa pun di sini. 
Sebab hanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan, kami tak akan dapat menilai siapa pun. 

Tes kami adalah untuk menilai sikap orang tersebut...
Kami melakukan tes tertentu berdasarkan sikap para calon ...

Kami mengamati setiap orang melalui CCTV, apa saja yg dilakukannya ketika melihat  gerendel di pintu, selang air yang mengalir, keset "selamat datang", kipas atau lampu yang tak perlu ...

Anda satu-satunya yang melakukan.
Itu sebabnya kami memutuskan untuk memilih Anda ! ! ! "

Hatinya terharu, dia ingat Ayahnya ...
Dia yg selalu merasa jengkel terhadap disiplin dan omelan Ibu Ayahnya. 

Kini dia menyadari bahwa justru omelan dan disiplin yg ditanamkan OrangTua-nyalah yang membuatnya diterima pada perusahaan yang diinginkannya ...

Kekesalan dan kemarahannya pada Ayahnya seketika sirna...

Terngiang kata2 Pewawancara, "... Hanya Anda satu-satunya yang melakukan apa yang kami harapkan dari seorang Manajer, maka kami putuskan menerima Anda bekerja disini ..."

Ayah ! Ma'afkan anakmu, bisiknya dalam hati penuh rasa haru dan bersyukur. 

Dia akan minta maaf kepada Ayahnya, dia akan ajak Ayahnya melihat tempat kerjanya ...
Dia pulang ke rumah dengan Bahagia ...

Apapun yang Orangtua katakan pada anaknya,  adalah demi kebaikan anak-anak itu sendiri, untuk menyiapkan masa depan yang baik ! 

" Batu karang tak akan menjadi patung yang indah bernilai tinggi, jika tak dapat menahan rasa sakit saat pahat bekerja memotongnya ..."

Untuk menjadi pribadi yang indah, kita perlu menerima dan mematuhi nasehat yang baik ...

Kebiasaan baik akan muncul, dari perilaku buruk yang dipahat, dan dibuang dari diri kita ...

Ibu menggendong anak di pinggangnya untuk memeluk, memberi makan dan untuk membuatnya tidur ... 

Tetapi Ayah mengangkat anak dan mendudukkan di pundaknya, untuk membuatnya melihat dunia yang tidak bisa dilihat anaknya ...

Ayah dan Ibu adalah Pahlawan, yang kasih sayangnya layaknya guru yang mendampingi anak sepanjang kehidupan ...

Perlakukanlah Orangtua sebaik-baiknya, agar jadi contoh dan bimbingan dari generasi ke generasi, yang menerima estafet kehidupan ... yg kelak pun agar menjadi Orangtua yg memberi nilai2 kebaikkan bagi kehidupan anak2nya ... 
Begitulah estafetkan *Nilai2* kebaikan ,

*Untuk dibagikan ke para Orangtua dan anak-anak tercinta ...* 💞

Tuesday, May 10, 2022

BELAJAR DENGAN HATI


Ada seseorang bertanya kepada orang bijak,‎
• Apa itu racun?
Segala sesuatu yang melebihi kebutuhan kita adalah racun;‎
Baik itu kekuasaan, kekayaan, rasa lapar, ego, loba, rasa malas, cinta, ambisi, kebencian atau apapun yang berlebihan adalah racun.‎

• Apa itu ketakutan?‎
Sikap tidak menerima akan ketidak pastian;‎
Andaikan kita bisa menerima ketidak pastian itu, maka‎ itu akan menjadi suatu Petualangan Hidup.
• Apa itu iri hati?‎
Sikap tidak menerima kebaikan² atau kelebihan yang ada pada diri orang lain.‎
Jika kita menerima atau mengakui kebaikan atau kelebihan orang lain itu, maka‎ itu menjadi Inspirasi.‎

• Apa itu Marah?‎
Sikap tidak menerima segala sesuatu yang berada di luar kendali kita;‎
Jika kita menerima hal atau kejadian itu, maka‎ itulah Toleransi.
• Apa itu kebencian?‎
Tidak menerima seseorang sebagaimana adanya dia;‎
Jika kita menerima seseorang apa adanya, tanpa syarat, maka‎ itulah Cinta.
Segala hal di atas adalah Masalah Penerimaan dalam Hati kita;‎
Menolak menimbulkan Ketegangan, ‎Menerima menjauhkan Ketegangan dan membawa Kedamaian.

Kita bisa belajar dengan pikiran, ‎itu yang lazim kita buat, ‎tentu sangat bermanfaat;‎
namun TUHAN mengajarkan untuk LEARN IT BY HEART atau BELAJAR DENGAN HATI.

Apa bedanya?

Jika Hati belajar, Hidup berubah;‎
Jika Hati belajar, Arah Hidup berubah;‎
Jika Hati belajar, Transformasi Hati terjadi;‎
Jika Hati belajar, m a k a Hikmat sorgawi yang turun;‎
Jika Hati belajar, TUHAN berkenan;
Karena itu BELAJARLAH DENGAN HATI.

"Jagalah Hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."
(Amsal 4:23)

Goϑ ϐlešš Yoυ