Di suatu pagi si ayah bersiap-siap berangkat kerja dengan pakaian rapi menuju ke meja makan untuk menyantap sarapan pagi. Dia memegang secangkir kopi yang siap diminum, tidak diduga ternyata gadis kecilnya menyenggol tangan ayahnya yang mengakibatkan tumpahan kopi mengenai kemeja. Seketika itu si ayah refleks merespon kejadian tersebut, marah kepada gadis kecilnya dengan membentak untuk menyuruh menyelesaikan sarapannya.
Si ibu merasa sikap ayah berlebihan dan membela gadis kecilnya. Masih dengan menggerutu si ayah masuk ke kamar untuk ganti baju, segera kembali ke meja makan berharap gadis kecilnya sudah selesai menyantap sarapannya. Ternyata si kecil masih menangis sesenggukan dan makannya belum selesai yang mengakibatkan dia ketinggalan bus sekolah, akhirnya si ayah harus mengantarkan si anak ke sekolah.
Sesampai di sekolah si anak tidak lagi melambaikan tangan seperti yang biasa dilakukan. Perjalanan ke arah kantor yang masih jauh membuat ayah ngebut dan kecepatan mobilnya melebihi kecepatan dan akhirnya mendapat tilang. Sesampainya di kantor dia harus presentasi kepada klien besar yang akan memberikan order besar. Dokumen yang sudah disiapkan ternyata tertinggal di baju kotornya tadi, dia kehilangan klien besarnya. Hari yang benar-benar buruk!
Sepulang dari kantor sore itu dia mendapati hubungan dengan anak dan istri yang terganggu. Seharian ini dimulai dari cara merespon yang tidak baik maka lengkaplah seluruh hari itu.
Apa yang salah?
Seandainya saja si ayah mengambil sikap yang berbeda, sekiranya hasil juga akan berbeda. Jika respon begini: "Nak lain kali lebih hati hati ya, lihat baju ayah jadi kotor. Ya sudah makannya diselesaikan supaya tidak ketinggalan bus sekolah. Ayah ganti baju ya."
Dengan emosi yang terkontrol si ayah ganti baju dan mengambil dokumen di sakunya. Si anak menyelesaikan makan dan pergi bersama bus sekolah, tidak lupa salam dengan kedua orang tuanya. Si ayah menyelesaikan sarapan dan pergi ke kantor dengan tidak terburu-buru, sesampai di kantor bisa menyiapkan presentasi terbaik untuk kliennya. Kerja sama dengan klien pun terjalin.
Si ayah pun kembali ke rumah dengan perasaan bahagia dan disambut oleh anak dan istrinya dengan penuh kasih.
Kejadian yang awalnya sama, tapi akhirnya beda. Semua itu dikarenakan bagaimana reaksi kita. "Prinsip 90/10" dari Stephen Covey ini bisa mengubah hidup kita atau paling tidak mengubah cara kita menyikapi masalah. Apa yang dimaksud dengan "Prinsip 90/10"?
10% dari kehidupan kita ditentukan oleh apa yang terjadi pada kita, namun 90% lagi ditentukan oleh bagaimana kita bereaksi (bersikap) terhadap suatu kejadian. Apa maksudnya? Kita tidak memiliki kendali atas 10% yang terjadi dalam hidup kita, tapi 90% lainnya ditentukan oleh bagaimana reaksi kita. Bukan soal benar atau salah, tetapi respon.
Misalnya kita tidak bisa menduga ketika mobil kita tiba-tiba mogok, pesawat yang akan kita tumpangi ditunda keberangkatannya yang membuat jadwal kita berantakan, perusahaan tempat kita bekerja mengeluarkan kebijakan yang tidak bijaksana, dan sebagainya. Artinya kita tidak punya kuasa untuk mengendalikan 10% dari apa yang terjadi kepada kita. Namun berbeda dengan yang 90% lagi, kita yang menentukan 90% apa yang terjadi dalam hidup kita, artinya reaksi atau sikap kita yang menentukan apa yang terjadi pada kita selanjutnya.
Sering kali masalah menimpa kita bukan kerena masalah kita yang terlalu besar, tetapi cara kita menyikapi masalah itu yang menentukan besar atau kecilnya. Dengan menerapkan prinsip 90/10, maka kita akan terhindar dari stres. Setiap kali kita menghadapi masalah yang terjadi di luar kendali kita, berusahalah untuk mengambil sikap yang positif. Ketika orang mengatakan sesuatu yang negatif tentang kita, maka bersikaplah bijak, karena tanggapan kita akan hal itu akan menentukan arah kehidupan kita ke depan.
Jika kita mengendalikan 90% kehidupan kita dan 10%-nya lagi kita serahkan kepada Tuhan, karena itu diluar kendali kita, maka kehidupan kita akan seperti yang kita inginkan.