Kita suka akan kemalasan, tapi kalau kita tidak dapat "memberi kembali" sesuatu maka itu adalah kesengsaraan. Kita ingin memiliki arti pada kehidupan ini. Dengan mampu bekerja maka kita merasa memiliki "hak" atas makan, minum, dan hidup kita. Riset menunjukkan betapa sengsaranya pengangguran. Orang, bila dibutuhkan orang lain, betapapun sengsaranya pekerjaannya, akan memiliki kebahagiaan. Sebaliknya, sering orang bunuh diri, karena tidak lagi merasa dibutuhkan orang lain. Perasaan tidak lagi memiliki "arti" membuat kita sengsara.
Ada sebuah percobaan: Dua kelompok mahasiswa diminta mengerjakan sebuah pekerjaan dan tiap selesai selembar akan diberi uang. Kelompok satu, setiap selesai selembar, diperiksa oleh pengawas dengan penuh perhatian sambil mengangguk angguk dan disusun rapi disamping pengawas itu. Sedangkan kelompok kedua, setiap selesai tanpa dilihat langsung dimasukkan mesin penghancur kertas didepan sang mahasiswa. Ternyata kelompok dua hanya bersedia mengerjakan sedikit saja walau ada insentif uangnya, sedangkan kelompok satu bersedia mengerjakan banyak sekali.
Walaupun anda digajih besar, kalau apa yang anda kerjakan tidak menjadi "sesuatu" karya, akan terasa sebagai sebuah kesiasiaan. Upah baru punya makna bilamana kita butuh untuk bertahan hidup, untuk makan sesuap nasi. Bila kita telah "cukup" dengan kebutuhan dasar manusia, upah sangat rendah nilainya dibandingkan kita menemukan arti pada apa yang kita kerjakan.
Pada jaman ini, "kerja" merupakan sebauh identitas diri, sebuah makna hidup. Bila anda bertemu orang asing dipesawat, yang dibicarakan biasanya adalah "apa pekerjaan anda", jauh sebelum kita tanya "nama" nya siapa. Kerja bukan lagi hanya sebuah "cara" mencari nafkah, tapi sebuah "makna" kehidupan kita, karena sebagian terbesar dari hidup kita ketika terjaga kita habiskan untuk hal itu. Sekedar mendapat upah untuk makan dan tinggal saja sudah tidak cukup memuaskan lagi. Makna, makna, makna.
Manusia adalah mahluk pencari makna. Mengapa menulis blog/ puisi/ status yang ramai dikomentari orang jauh memberi lebih banyak semangat kepada penulisnya, walau tidak mendapat uang? Bilamana kita menulis dan tidak ada satupun komentar, berapa banyak tulisan yang akan kita buat sebelum kita berhenti menulisnya? Bila anda diberi uang untuk menulis, tapi tahu tidak akan ada orang yang membacanya, bagaimana antusiasme anda ketika menulisnya? Kita menulis karena ingin dibaca, dan dibaca orang lain memberi makna kepada kita, dan itu mempunyai makna lebih dari "sekedar uang".
Pelajaran yang didapat bila anda memiliki anak buah adalah: Berikan makna pada pekerjaan yang dilakukan oleh anak buah anda. Feedback yang baik, rasa terimakasih, pujian akan hasil kerja, dan penggambaran bahwa apa yang telah mereka lakukan adalah bagian penting penunjang kesuksesan pekerjaan di perusahaan anda, akan memberi dampak jauh lebih besar dari pada sekedar menaikkan gajih mereka.
life is perfect! imagine it.
http://koningsberg.blogspot.com/
http://sugiatno-ceritalucu.blogspot.com/