Suatu hari, seorang lelaki yang tidak suka istrinya mengikuti ajaran seorang Sufi yang terkenal bijaksana, datang ke tempatnya mengajar. Karena kekesalannya, lelaki itu memaki maki Sang Sufi dan meludahi wajahnya. Murid murid Sang Sufi sangat marah atas penghinaan itu dan ingin menangkap dan menghukum lelaki tersebut. Namun Sang Guru mencegah dan berkata: "Biarkanlah, itu sudah berlalu"
Dengan kesal para murid melepaskan lelaki tersebut. Sadar akan bahaya yang baru saja lewat dan mendapati dirinya malah diselamatkan, lelaki itupun menyesal. Apalagi kemudian diketahuinya bahwa ternyata sang Sufi benar2 orang bijaksana.
Esoknya, lelaki itu kembali mendatangi tempat Sang Sufi mengajar, dan bersimpuh di hadapannya, "Ampunilah aku atas kekurang ajaranku." pintanya tulus.
Sufi itu mengenali lelaki itu dan berujar, "Tapi untuk apa aku mengampunimu? Bukankan engkau tak memiliki kesalahan apapun padaku?"
Lelaki itu menjawab, "Tapi akulah yang menghina Guru kemarin; apakah Guru tidak mengenaliku lagi?"
Sang Sufi tersenyum dan berkata: "Ketahuilah saudaraku, aku masih mengenali wajahmu. Hanya saja aku yang hari ini sudah bukan aku yang kemarin lagi. Kita mengalir dalam kehidupan bersama berjalannya waktu. Kita selalu terlahir baru setiap hari, maka peristiwa yang sudah berlalu biarlah berlalu. Aku yang hari ini adalah aku yang baru, aku yang anda hinakan itupun sudah tidak ada lagi. Demikian pula dengan anda, anda yang menghina aku kemarin adalah orang yang berbeda dengan anda hari ini. Dan anda yang hari ini tidak berhutang maaf padaku. Tidak ada yang perlu dimaafkan."
Tanadi Santoso
http://koningsberg.blogspot.com/
http://sugiatno-ceritalucu.blogspot.com/