Demikian bunyi salah satu kalimat sebuah puisi : "Anda sedang menikmati pemandangan dari atas jembatan, sementara itu orang lain juga memandang anda dari jendela lantai atasnya yang lebih tinggi."
Kita sering mengagumi dan membandingkan orang-orang yang ada disamping kita dengan orang lain yang lebih hebat. Di mata seorang suami, istri orang lain cenderung lebih cantik, baik dan sempurna. Seorang istri juga sering membandingkan kekurangan suaminya sendiri dengan kelebihan suami orang lain. Orang-orang seperti ini, selalu merasa pemandangan yang indah berada di tempat orang lain. Mereka tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dimilikinya dan selalu mengagumi keadaan orang lain di sekitarnya. Itu merupakan salah satu penyakit manusia yang sangat menakutkan.
Seorang pengagum pemandangan orang lain, cenderung tidak percaya diri dan pesimistis. Baginya, apa saja yang orang lain miliki selalu lebih baik dari kepunyaan dirinya sendiri. Pandangan seperti ini tentu saja tidak benar. Sebagaimana petikan kalimat puisi di atas, anda sedang menikmati pemandangan, sementara itu orang lain juga sedang memandangi anda, dengan kata lain, anda dan alam sekitarnya juga menjadi pemandangan orang-orang lainnya.
Setiap orang dilahirkan dengan kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kita lebih mudah mengetahui kelemahan orang-orang yang dekat dengan kita, sementara kita hanya bisa melihat kelebihan orang-orang yang jauh dari kita. Ternyata tidak hanya kita, semua orang juga seperti itu. Jadi kelebihan kita juga dikagumi oleh orang lain.
Perhatian :
Apa yang anda tidak miliki, orang lain memilikinya. Tetapi apakah anda pernah berpikir, apa yang anda miliki juga merupakan apa yang sangat ingin dimiliki orang lain yang tidak memilikinya.
Hikmah yang bisa dipetik :
Jangan meremehkan diri sendiri, karena kita juga memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Membandingkan diri atau orang dekat dengan kepunyaan orang lain, hanya akan membuat kebahagiaan menjauh dari kehidupan kita.